Senin, 06 Februari 2017

Gadis Rasa Janda di Puncak

Pelacur Maroko ditangkap saat layani pria Arab Saudi di Puncak
Kantor Urusan Agama (KUA) Cisarua, Bogor, Jawa Barat mencatat, ada 10.411 gadis yang tersebar di sembilan desa menunggu calon suami untuk siap menikah.Mereka rata-rata berusia 16-18 tahun.
Ridwan, Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Cisarua gadis tersebut siap menikah.
Namun di tengah ribuan gadis yang belum menikah tersebut, terdapat cerita menarik di Kampung Cisampay, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Puncak Bogor.


Wilayah yang menjadi basis wisatawan Timur Tengah ini menyisakan banyak cerita. Salah satunya tentang gadis rasa janda.
“Kenapa di bilang gadis rasa janda, karena di kampung ini, banyak ditemukan janda ber-KTP gadis. Mereka umumnya sudah merasakan kawin kontrak. Karena malu status, KTP dibuat belum menikah,”ujar Ridwan.
Banyak gadis desa, kini hidup menjanda, lantaran ditinggal suami kontraknya. Mereka berstatus janda, namun berstatus belum kawin, lantaran laki-laki yang pernah hidup bersama mereka, sifatnya hanya sementara dan tak resmi.
“Hampir separuh wanita yang telah menikah di wilayah ini status di KTP tertulis belum kawin. Menurut data ada 32 perempuan yang pernah menjalani kawin kontrak, namun mengaku gadis,”paparnya.
Nori Amalia 21, satu dari sekian janda kawin kontrak mengaku, ia masih berstatus gadis, karena perkawinannya dengan pria Arab, sifatnya hanya sementara.
“Kalau kawin kontrak, tak perlu rubah status di KTP. Status saya masih tetap gadis dong. Kan kawin kontrak itu terjadi, karena kebutuhan saja,” ujar wanita berbadan sintal ini.
Ia tetap bersikukuh, masih gadis, walau sudah memiliki anak dari kawin kontraknya itu. Prinsip jika dirinya masih gadis, semata-mata tujuannya untuk mendapatkan suami lagi.
“Coba tanya saja ada wanita muda lagi bawa anak. Itu pasti dikenalkan sebagai adiknya, bukan anaknya. Itu agar bisa kawin lagi,”katanya memberi penjelasan.
Nori mengaku, kawin kontrak antara gadis lokal dengan pria Arab masih terjadi. Walai tidak seramai dulu, namun praktek ini masih ada.
“Kalau dulu kawin kontrak hanya dengan pria asal Timur Tengah. Sekarang malah dengan warga asing asal Tiongkok dan Korea,”katanya.
Dataran yang berada di wilayah Selatan Kabupaten Bogor ini menjelma menjadi tempat bermukimnya imigran-imigran daerah konflik. Mulai dari Afghanistan, Pakistan, Irak dan Oman.
Terakhir hadirnya wanita PSK asal Maroko. Para magribi, sebutan untuk PSK Maroko ini mendapat perhatian serius pihak Imigrasi dan kepolisian sehingga beberapa kali dirazia. (yopi)
Sumber : Poskotanews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar