Rabu, 15 Februari 2017

Adik Nangis Kelaparan, Sang Kakak Beri Jempol untuk Dihisap

Tak Ada Makanan, Tak Ada Uang

" Langkah saya terhenti saat keluar dari restoran ketika melihat seorang balita telungkup di teras. Terbersit di hati, 'Ya Allah, anak siapa pula ini? Kenapa telungkup di teras restoran?' Rasa marah pun muncul, 'Ke mana ibu bayi itu?'

" Saya pergi mendekat. Ya Allah, rasanya mau menangis. Dengan ingus meleleh, balita itu diasuh oleh kakaknya. Adiknya merengek, kakaknya menyumbatkan ibu jari ke mulutnya untuk dihisap. Balita itu pun berhenti menangis.
" Hati saya pun menangis di dalam. Saya coba bertanya pada kakaknya 'Mana ibu kamu?' yang dijawab 'Mak pergi ke sana'.
" Kakaknya menunjuk arah dengan memancungkan mulutnya. Tak tahu yang mana ibunya.
" Bapak kamu?' saya tanya lagi.
" Ditahan polisi. Tidak punya KTP," jawab si kakak dengan suara sedih.

" Berapa bulan ini usia adik kamu? Kenapa kamu tak jaga dia di rumah saja? Kasihan adik kamu kedinginan," tanya saya.
Saya sedih lihat balita itu. Berbaring di lantai teras restoran tanpa alas sama sekali. Merasa terenyuh dengan keadaannya.
" Tujuh bulan. Di rumah tidak ada makanan. Tidak punya uang untuk beli," kata si kakak sambil mengelap ingus adiknya.



Menyumbat Jempol Agar Adik Diam

" Saya tak tahu harus bertanya apa lagi. Berurai air mata melihat keadaan mereka, terutama bayi itu. Bayi itu masih menghisap jari kakaknya. Saya kemudian pergi ke sebuah toko roti di sebelah restoran.
Di dalam, saya beli susu rendah lemak dan roti untuk sekadar mengganjal rasa lapar dan haus bagi kedua kakak-beradik itu.

Saya balik dan memberikan susu dan roti kepada si kakak. Saya bilang agar suap adiknya dengan roti dan kasih minum susu.
" Kamu juga jangan lupa makan dan minum," kata saya sambil menangis serahkan roti dan susu.
Saya tarik napas panjang, kepala terasa pusing dan masuk mobil. Allah, pelihara anak terlantar itu.
Mereka adalah anak-anak susah. Biasanya mengejar orang untuk minta uang. Saya biasanya tak akan kasih uang. Bukan apa, saya lebih suka memberi mereka barang daripada uang.
Sebab kebanyakan dari mereka akan menyalahgunakan uang itu. Itu sudah menjadi rahasia umum.

(Ism, Sumber: ohbulan.com)

Kondangan naik helikopter negara, Gubernur Sumut dikritik

Swafoto yang dikirimkan oleh Evi Diana Sitorus, istri Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi. Evi tampak berpose bersama sang suami di dalam kabin helikopter milik Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP)--dulu Basarnas.
Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi, menuai sorotan negatif beriring dengan tudingan penggunaan fasilitas negara demi kepentingan pribadi.
Sorotan itu berpangkal dari status akun Facebook, Evi Diana Sitorus--dipercaya milik istri Tengku Erry.
Sabtu (11/2), Evi mengirim sebuah gambar swafoto. Dalam foto itu, Evi tampak berpose bersama Tengku Erry di dalam kabin helikopter milik Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP)--dulu bernama Badan SAR Nasional (Basarnas).
"Mengejar waktu, bismillah otw Samosir by Heli Basarnas. Menghadiri pesta perkawinan anak Bupati Samosir" tulis Evi.
Tangkapan layar status Facebook, Evi Diana Sitorus.
Tangkapan layar status Facebook, Evi Diana Sitorus.
© Istimewa
Beberapa media, antara lain TribunNews, menjadikan status Evi itu sebagai artikel.
Dari pemberitaan media itulah perkara inikian viral. Khalayak internet pun mulai mengirim sejumlah komentar miring.
Belakangan, Evi menghapus kirimannya itu. Boleh jadi, penghapusan dilakukan karena banyaknya komentar miring. Meski demikian, tangkapan layar status tersebut telah menyebar di media sosial.
Berikut beberapa komentar dari pengguna Facebook:
  • Didy Puryanto: "Enaklah kau naik helikopter. Kalu kami ni kan masih pakai jalan darat yang banyak lubangnya"
  • Willy Fernandez: "Apakah ada kepala daerahnya yang seperti Gubernur Sumut ini? Yang pergi kondangan perkawinan naik helikopter? Helikopternya punya Basarnas? Cuma Gubernur Sumut yang bisa, Ahok mah lewat."
  • Lindung Silabang: Helikopter suka-suka. Bang bisa gak ya aku pinjam helikopternya? Soalnya keluargaku mau ke Medan. Jemput dong!
  • Arnold PG Lbn Gaol: "Tak ada itu dikatakan fungsi Heli Basarnas untuk urusan pernikahan. Ntah yang dikira Gubernurnya pernikahan Anak Bupati itu bencana? Saya bertanya kepada Bapak Presiden dan Kapolri, apakah Pernikahan anak Bupati termasuk bencana?"
Kritik juga datang dari Anggota DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan.
"Fasilitas negara tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan pribadi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) saja menggunakan pesawat komersial ketika menghadiri acara wisuda anaknya di Singapura," ujar Sutrisno, dikutip Berita Satu, Senin (13/2).
Menurut Sutrisno, penggunaan fasilitas negara itu telah melukai "perasaan publik". "Penggunaan yang tidak sesuai dapat menimbulkan konsekuensi bahan bakar maupun perawatan. Gubernur bersama istri sudah melukai perasaan publik," ujarnya.
Senin (13/2), akun Facebok Erry Nuradi--dipercaya milik Teuku Erry--mencoba menjernihkan perkara ini.
Ia mengunggah beberapa foto yang menunjukkan kunjungannya ke Samosir, termasuk ketika mendatangi lokasi kebakaran tiga rumah adat di objek wisata Parbaba, Pantai Pasir Putih, Pangururan, Samosir. Kebakaran itu terjadi pada 9 Februari.
Sebagai informasi, helikopter milik BNPP itu ditempatkan di Sumut sejak 17 Januari 2017. Penempatan itu ditandai dengan penekenan nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama operasional helikopter SAR Provinsi Sumut.
Saat penekenan, seperti dilansir Elshinta, Tengku Erry menyebut bahwa penempatan itu tidak lepas dari permohonan pihaknya kepada BNPP, dengan menimbang kondisi Sumut dan beberapa provinsi sekitarnya yang rawan bencana.
Bila benar helikopter BNPP digunakan untuk kepentingan pribadi, agaknya kasus ini setaraf dengan pemakaian mobil dinas untuk keperluan mudik.
Dalam kasus penggunaan mobil dinas untuk mudik, kebijakan daerah juga bisa berbeda-beda. Ada yang mengizinkan. Pun sebaliknya ada yang melarang.
Bahkan beberapa kalangan berpendapat penggunaan itu bisa menyerempet korupsi. Pada musim mudik lebaran 2016, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengimbau pejabat agar tidak menggunakan mobil dinas untuk pulang kampung.
Pengajar FISIP Universitas Terbuka, Yuli Tirtariandi El Anshori, pernah mengulas penggunaan fasilitas negara macam itu lewat sebuah artikel (Tempo.co22 Juli 2013).
Lebih kurang, ia menyebut penggunaan fasilitas negara untuk keperluan pribadi adalah masalah etika, yang berkenaan dengan kepatutan dan rasa malu.
"Secara etika, apakah patut para pejabat yang notabene mempunyai penghasilan besar masih menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi? Tentu sangat tidak pantas dan memalukan," tulisnya.
Sumber ; Beritagar.id

Selasa, 14 Februari 2017

Seru! Ahok-Djarot dan Anies Sandi Kejar-kejaran

Seru! Ahok-Djarot dan Anies Sandi Kejar-kejaran - JPNN.COM
Hasil hitungan cepat Lembaga Survei Indonesia (LSI) untuk pilkada DKI Jakarta, pasangan calon (paslon) nomor urut tiga Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tetap teratas.
Meski suara yang masuk baru dua persen, tapi jumlah suara antara paslon tiga dan dua terus berkejaran.
Hitungan cepat LSI dengan dua persen suara yang masuk, paslon tiga mendapatkan 40,42 persen, disusul paslon dua 35,84 persen, dan paling bontot paslon satu 23,74 persen
Sedangkan Polmark Indonesia dengan suara yang masuk dua persen, Anies-Sandi tetap teratas 45,97 persen.
Kemudian Ahok-Djarot 36,57 persen dan Agus-Sylvi 17,47 persen.
Sedangkan hitungan cepat Indikator Indonesia dengan suara masuk 1,25 persen, menunjukkan ‎Agus-Sylvi‎ 19 persen, Ahok-Djarot 45,08‎ persen, dan Anies-Sandi‎ 30,00‎ persen. (esy/jpnn)

Kisah Wanita yang Bayar Utang Dengan 70 Kali Hubungan Badan

Wt, korban perdagangan orang memberi keterangan dalam persidangan terkait terdakwa Laura dan Indra pada perkara tindak pidana perdagangan orang di PN Batam.
Wt (17), seorang wanita nyaris menjadi korban perdagangan orang (human trafficking) di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) pada 2016 lalu dari terdakwa Laura Risky dan Syafii alias Indra.
Saat dihadirkan di persidangan, Pengadilan Negeri (PN) Batam, Senin (13/2) Wt menceritakan kisahnya dia yang nyaris "dijual" ke Malaysia sebagai pekerja seks komesial (PSK).
Semula dia berkenalan dengan Laura. Waktu itu Wt sedang bekerja di cafe Feby, belakang Kantor BCA Baloi, Juli 2016 lalu. Waktu itu Wt meminta dicarikan pekerjaan, karena gajinya di kafe sangat kecil yakni Rp 1 juta. "Kebetulan dia (Laura) bertanya, saya pun mengeluh minta tolong carikan kerja yang siang hari. Bukan kerja malam," ujar Wt di hadapan majelis hakim seperti dilansir Batam Pos (Jawa Pos Group), Selasa (14/2).
Komunikasinya dengan Laura berlanjut hingga tawaran pekerjaan itu tiba. Lantas Wt pun menerima pekerjaanitu sebagai pemandu lagu di sebuah karaoke di sebuah hotel bilangan Batuampar, Batam. Akan tetapi pekerjaan itu hanya dilakoni sehari saja "Saya gak sanggup karena harus minum-minum beralkohol," kata wanita asal Tembilahan, Riau ini.
Lalu Laura kembali menawarkan pekerjaan untuk Wt di cafe The Office daerah Kampung Bule Nagoya, sebagai penari. Hanya saja sebagai pemula dia diminta untuk latihan dalam waktu sebulan pertama. Selama masa latihan itu dia tidak menerima gaji, akhirnya Wt memilih berhenti.
Dua bulan menganggur, Laura datang lagi ke Wt untuk menawarkan kerja di Malaysia. Kerjaan untuk menemani tamu minum. Untuk berangkat ke Malyasia, semua biaya, mulai dari ongkos dan pembuatan paspor telah dibiayai. "Saya tergiur karena dijanjikan dapat upah gak kurang dari Rp 40 juta," sebut saksi.
Menjelang keberangkatan, Wt dikenalkan dengan Koko Angga oleh Laura untuk dibooking seharian dengan bayaran Rp 1 juta. Dibawa ke hotel, Wt harus berhubungan badan dengan Koko itu karena sudah dibayar ke Laura. Hanya sekitar dua jam, Wt dijemput Laura. "Dua kali saya mendapat perlakuan seperti itu, dan hanya terima Rp 250 ribu dari Laura," ungkapnya.
Merasa ditipu, korban pun membatalkan keberangkatannya ke Malaysia. Namun Laura mengancam saksi harus membayar Rp 9 juta untuk ganti rugi pengurusan keberangkatannya seperti paspor dan dokumen lain.
Saksi kemudian dibujuk oleh Indra, yang memodali keberangkatannya itu. Indra menegaskan, wt harus membayar utang Rp 9 juta itu dengan 'short time' 70 kali selama sebulan di Malaysia. "Itu biar utang saya lunas," terang Wt.
Sumber : jawapos
Hingga akhirnya saksi dapat bercerita ke orang tua rekannya, yang kemudian membawa perkara ini sampai ke meja hijau. "Sekarang saya tinggal dengan pendampingan dari rumah singgah," sebutnya.
Keterangan dari saksi korban ini, seluruhnya dibantah kedua terdakwa. Laura mengatakan, semua kejadian tersebut adalah permintaan saksi. "Saya hanya membantu yang mulia," terang Laura. Tapi Wt dengan tegas bahwa keterangannya adalah benar dan dibawah sumpah. Selanjutnya, persidangan dua terdakwa dijadwalkan dengan agenda pemeriksaan terdakwa, pekan depan. (nji/iil/JPG)

Perhitungan Dimulai, Ini Hasil Awal Polmark, Anies Sandi Unggul

Cagub nomer tiga Pilkada DKI Jakarta Anies Baswedan didampingi istri dan anak menggunakan hak pilih di TPS 28, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Rabu (15/2).


Perhitungan suara Pilgub DKI sudah dimulai. Pasangan Anies Baswedan- Sandiaga Uno unggul pada perhitungan cepat awal lembaga survei Polmark di Pilkada DKI Jakarta.
Berdasarkan hitungan Polmark dari 0,25 persen sampel suara yang masuk Anies meraih 39,69 persen.  Disusul Ahok 32,06 persen dan Agus-Sylvi 28,24 persen. Perhitungan cepat itu ditayangkan pada sekitar 13.15 di salah satu televisi nasional.

Namun dalam tayangan selanjutnya sekitar pukul 13.45, Ahok-Djarot unggul dalam hitungan Polmark.  Ahok unggul dengan raihan 58,05 persen suara. Pada pukul 14.00 Anies Sandi kembali menyodok dengan raihan 45,97 persen. Sampel suara yang masuk baru 1,25 persen.

Hitungan awal masih sangat dini dan belum bisa mencerminkan siapa yang bakal menang.  Sementara dalam hitungan lembaga survei sebelumnya, tren Anies-Sandi menang cenderung naik dibandingkan dengan sejumlah calon lainnya.

 Sumber : Republika.co.id

SEDIH. Nenek Ini Tinggal Sendirian di Gubuk. Saat Beras Tak Ada, Ia Hanya Minum Air Untuk Isi Perut

SEDIH. Nenek Ini Tinggal Sendirian di Gubuk. Saat Beras Tak Ada, Ia Hanya Minum Air Untuk Isi Perut
entah luput dari perhatian pemerintah atau memang nasib hidup yang demikian yang dialami oleh seorang wanita tua di Tulungagung, Jawa Timurini.
Ia sering tak memiliki beras, sehingga hanya merebus air untuk mengganjal perut yang lapar.
Itu dialami oleh Binah, seorang wanita renta yang tinggal Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidiwar, Tulungagung.
Cerita soal kehidupannya yang miris ramai dibicarakan di media sosial, salah satunya dibagikan oleh fanpage Komunitas Orang Jawa Timur.
Binah hidup sendirian, menempati sebuah gubuk bambu berukuran 2×4 meter, yang sudah bolong di beberapa bagian.
Ia sudah tak kuat lagi untuk bekerja sekeras dulu, sehingga hidup dalam kondisi yang sangat pas-pasan.
Ketika tak memiliki beras untuk dimasak, ia terpaksa hanya merebus air untuk mengganjal perutnya yang lapar.
Berikut postingan lengkap Komunitas Orang Jawa Timur.
"Wanita tua ini sering memasak air, tanpa beras, hanya sekedar untuk mengganjal perutnya.
Ia hidup sendirian, di rumahnya yang terbuat dari bambu, seukuran 2×4 meter, yang sudah berlobang serta lapuk kayu penyangganya.
Binah, begitulah panggilan akrab simbah yang sudah renta ini. Ia sudah tidak sekuat dulu tenaganya, saat masih muda dan bekerja menjadi buruh-tani.
Ia hanya tinggal seorang-diri karena suami dan anaknya sudah meninggal-dunia.
Warga RT 01 RW 02 Dusun Banaran Desa Kalibatur Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung ini tinggal di sebuah rumah yang mirip gubuk kecil berukuran 2 x 4 meter, dengan kondisi dinding bambunya sudah bolong di beberapa bagian.
Sementara penyangga atap rumahnya juga sudah banyak yang lapuk, sehingga sudah mengkhawatirkan untuk ditinggali.
Sebenarnya simbah memiliki anak tapi sudah meninggal.
Mbah Binah biasa beristirahat di dipannya yang terbuat dari bambu beralaskan tikar plastik tanpa bantal.
Seringkali ia memasak air saja tanpa ada berasnya, hanya sekedar untuk mengganjal perutnya."
Postingan ini kemudian beredar viral di dunia maya. Banyak netizen yang mempertanyakan kemanakah pemerintah setempat.
"Lurah camatnya kemana ya sampai embah tidak bisa makan. Mudahan ada orang dekat situ yang baik nolong mbah kalau lurah camat tutup mata biar dia dipecat pak Jokowi," komentar Sonia Rhay.
"Ya Allah, pejabat yang berwenang di mana. Kok ada nenek yang hidupnya begitu kok dibiarkan. Jangan pada kenyang sendiri yang berwenang.
Tolong dibantu nenek tersebut. Kalau bisa bantu dibikinin tempat tinggal yang layak huni," sahut Ifanah Milanisti.
Ada pula netizen yang tergerak untuk mengadakan penggalangan dana bagi Binah.
Sejauh ini, Tribunjogja.com masih berupaya mengkonfirmasi admin fanpage tersebut, untuk mengetahui apakah selama ini Binah sudah mendapat bantuan yang semestinya atau belum.
Sayangnya, pesan yang dikirimkan Tribunjogja.com belum mendapat tanggapan.(*)
Sumber : tribun Batam

KPK: Lakukan Proses Hukum, Tak Peduli Arif Adik Ipar Jokowi

KPK: Lakukan Proses Hukum, Tak Peduli Arif Adik Ipar Jokowi
Febri Diansyah, Kepala Biro Humas KPK. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah bekerja untuk membuktikan peran Arif Budi Sulistyo dalam perkara dugaan suap kepada pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Arif merupakan Direktur Operasional PT Rakabu Sejahtera sekaligus adik ipar Presiden Joko Widodo.


"KPK akan buktikan tiga hal. Pertama, Arif Budi Sulistyo diduga mitra bisnis terdakwa. Ia diduga mengenal pejabat-pejabat di DJP. Kami akan buktikan ini," kata juru bicara KPK, Febri Diansyah, di kantornya, Selasa, 14 Februari 2017. Kasus suap pejabat Ditjen Pajak ini dilakukan oleh PT EKP.

Nama Arif muncul dalam surat dakwaan Ramapanicker Rajamohan Nair, Direktur PT EK Prima Ekspor Indonesia. Ia didakwa menyuap Handang Soekarno, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan sebesar Rp 1,9 miliar. Suap itu diduga diberikan agar Handang membantu menyelesaikan sejumlah permasalahan pajak yang dihadapi PT EKP.

Selama proses penyidikan, nama Arif tidak pernah dicantumkan dalam daftar pemeriksaan saksi yang dipanggil penyidik KPK. Namun, Febri mengatakan penyidik pernah memeriksa Arif pada pertengahan Januari lalu.


Tak dicantumkannya nama Arif dalam jadwal pemeriksaan, kata Febri, merupakan strategi penyidik agar lebih konsentrasi pada substansi perkara. "Dari konstruksi dakwaan kita bisa baca di sana. Ada beberapa peran krusial yang akan kami buktikan," katanya.

Febri memastikan lembaganya tidak akan melihat status Arif sebagai adik ipar Presiden Joko Widodo dalam menangani perkara ini. Ia berujar, penyidikan terus berjalan dan KPK akan membuktikan apa yang sudah tertulis dalam surat dakwaan. "Proses ini akan dilakukan apa adanya. KPK akan melakukan proses hukum," katanya.

Sumber : Tempo.co