Minggu, 25 September 2016

Kisah Pilu Santri Kanjeng Dimas, Rumah Melayang, Utang Menggunung

Situasi penangkapan Kanjeng Dimas di Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di RT 22/RW 08, Dusun Sumber Cengkelek, Kecamatan Gading, Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (21/9)
Situasi penangkapan Kanjeng Dimas di Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di RT 22/RW 08, Dusun Sumber Cengkelek, Kecamatan Gading, Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (21/9

Penangkapan Kanjeng Dimas oleh Polda Jatim, Rabu (21/9) menguak aktivitas pengasuh Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di RT 22/RW 08, Dusun Sumber Cengkelek, Kecamatan Gading, Probolinggo.
Operasi Padepokan Dimas Kanjeng tidak hanya sebatas wilayah Jawa Timur saja, tapi juga menyeberang pulau sampai Sulawesi Selatan.
Ada banyak santri yang mengikuti pengajiannya. Salah satunya adalah perempuan berjilbab yang berhasil ditemui Fajar (Jawa Pos Group) di Makassar, Sulsel. 
Dalam penuturannya, wanita yang minta identitasnya tidak dipublikasikan mengaku menjadi santri sejak September 2014 lalu.
Ia bergabung pada kelompok yang dipimpim Marwah Daud Ibrahim.
Awalnya, ia diminta menyetor mahar sebesar Rp 15 miliar. 
Janjinya, dalam jangka waktu dua bulan, uang yang disetor akan berlipat ganda hingga beberapa kali lipat.
Jelang waktu yang ditentukan, ia kembali diminta menyotor mahar-mahar lain. “Misalnya mahar perjuangan,” sebutnya, Sabtu, 24 September.

Cukup? Belum. Setiap santri juga diminta investasi berlian, permata, jam tangan Rolex, dan beberapa barang mewah lainnya.
Ketika itu, santri tidak punya daya untuk menolak. Sebaliknya, gairah untuk terus menyetor ke Kanjeng makin besar.
“Saya sampai menjual beberapa rumah. Utang saya sekarang mencapai Rp 1 miliar,” lanjut wanita itu.
Berlian, permata, jam tangan Rolex, ternyata semua palsu. Itu ia ketahui setelah menunjukkan ke beberapa temannya.
Ia mengaku bahkan diketawai karena memiliki barang-barang palsu atau kw.
“Kata teman jam tangan seperti yang saya punya hanya Rp 50 ribu di Pasang Butung. Begitu pun berlian dan permata. Semuanya palsu,” ucapnya dengan nada kesal.
Wanita ini juga rutin mengikuti pengajian di rumah kayu Jalan Batua milik Marwah Daud.
Setiap malam Jumat, para santri wajib ikut pengajian hingga dini hari.


Katanya, ia diminta baca Alfatihah ratusan kali. Demikian juga surah Yasin.
“Kalau mulai mengantuk, kita disampaikan bahwa ada pengikut gaib Kanjeng yang mengawasi. Jadi semangat lagi,” bebernya
Ia pun sudah sering ke Probolinggo, padepokan pusat Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Di sana, kisahnya, setiap santri diberikan pengisian ilmu. Katanya ilmu kebal dan beberapa ilmu yang mereka sebut sebagai ilmu wali.
Termasuk mereka diminta datang ketika ulang tahun Kanjeng dan ulang tahun guru Kanjeng, Abah Ilyas.
“Katanya kita diberi ilmu wali. Mana ada? Sekarang saya sampai ditagih utang di pinggir jalan. Semua itu bohong belaka,” katanya penuh kekecewaan.
Meski tak ingin membebarkan nama-nama, kata wanita itu, di Sulsel khususnya di Makassar ini, sangat banyak orang penting yang bergabung. Mulai dari pengusaha, pejabat, dosen, hingga orang profesor.

Sumber : JPNN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar