Rabu, 07 Desember 2016

Jangan Lagi Ada Mafia di Final AFF 2016, Indonesia Hanya Ingin Juara

Jangan Lagi Ada Mafia di Final AFF 2016, Indonesia Hanya Ingin Juara
Suporter Timnas Indonesia memadati stadion saat laga semifinal leg pertama AFF CUP 2016 antara Indonesia versus Vietnam di Stadion Pakansari, Bogor, Sabtu (3/12/2016). Sebanyak 27 ribu suporter hadir untuk mendukung Timnas Indonesia dengan hasil akhir dimenangkan Timnas dengan skor 2-1. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 
26 Desember 2010, langit Jakarta begitu cerah secerah harapan Indonesia akan meraih juara pagelaran sepakbola akbar se-Asia Tenggara bernama Piala AFF.
Kaki kemudian melangkah tegap menuju Bandara Soekarno Hatta dengan tujuan akhir penerbangan Kuala Lumpur, Malaysia. Tugas liputan leg pertama Final AFF dari kantor Tribunnews.com saat itu begitu membanggakan dengan harapan bisa menjadi saksi sejarahIndonesia akan juara untuk pertama kalinya.
Sore hari setibanya di KLCC, Malaysia, aroma intimidasi dari publikMalaysia sudah mulai terasa. Beberapa orang yang dijumpai selama perjalanan dari bandara ke stadion Bukit Jalil sudah memandang sinis. "Indon takkan pulang dari Malaysia dengan membawa kemenangan." Begitu mereka berujar.
Eskalasi antar suporter Indonesia-Malaysia semakin panas saat semakin mendekati sumbu pertarungan di arena Bukit Jalil. Keriuhan suporter Indonesia yang mulai membanjiri sekitaran stadion sepertinya memang tak diharapkan kubu tuan rumah. Beruntung tak ada insiden meskipun letupannya sudah mulai terasa.
Tepat pukul 19.00 waktu Kuala Lumpur, peluit kick off ditiup. Suporter Malaysia menunjukkan superioritasnya di depan segelintir suporter Indonesia yang hadir tak sampai seperempat blok dari stadion berkapasitas 80 ribu penonton itu.
Sementara pertarungan sesungguhnya di atas lapangan antara Harimau Malaya dan pasukan Garuda tak kalah serunya. Aksi saling serang kedua tim membuat jantung berdetak kencang.
Indonesia pada awalnya terlihat berada di atas angin, permainan Firman Utina dkk kala itu memang sedang bagus-bagusnya. 15 gol dicetak skuat Garuda selama babak penyisihan.
Malaysia termasuk jadi korban keganasan Indonesia yang di babak penyisihan dilumat dengan skor telak 5-1 di Jakarta.
Sampai pada sebuah momen kedigdayaan Indonesia tiba-tiba lenyap seketika. Kesalahan Maman Abdurrahman di dalam kotak penalti tak diampuni Safee Sali untuk menikam gawang Indonesialewat satu golnya.
Tertinggal satu gol alih-alih Indonesia bangkit. Bahkan kini berada di titik performa terendah, dua gol akibat kesalahan Markus Horison yang beralibi karena adanya sinar laser dari penonton Malaysiamembuat Indonesia tersungkur dan pulang dari Negeri Jiran dengan kekalahan telak 3-0.
Hasil itu membuat semua orang Indonesia meradang, saya bersama ratusan suporter Indonesia keluar dari stadion Bukit Jalil dengan perasaan dan hati yang hancur lebur.
Semakin terasa sesak di dada ketika melihat pesta pora suporterMalaysia di setiap sudut kota, tak jarang umpatan kasar keluar dari mulut mereka yang membuat hidup ini serasa berada di neraka.
Meski masih ada harapan untuk juara karena leg kedua akan berlangsung di Jakarta, tapi energi besar itu terasa sudah hilang lenyap ditelan bumi dengan kekalahan telak tiga gol tanpa balas di leg pertama.
Benar saja, pada leg kedua Indonesia hanya mampu menang 2-1 di Jakarta yang artinya kalah agregat 4-2 sekaligus harus rela menyaksikan Malaysia berpesta juara di tanah Indonesia. Sungguh sakit rasanya Garuda di dada ini dicabik-cabik terkaman Harimau Malaya.
Kekalahan pilu ini kemudian menciptakan suasana saling curiga siapa yang harus bertanggung jawab atas kekalahan memalukan itu? Mulai muncul desas-desus bahwa ada kekuatan besar di belakang layar yang sengaja membuat Indonesia kalah 3-0 diMalaysia.
Ada yang menuding laga di Malaysia itu telah dijual ke bandar judi jaringan internasional yang ada di Malaysia dan bekerjasama dengan beberapa mafia bola di Indonesia.
Beberapa skuat Timnas Indonesia juga dituding telah menerima suap dari kaki tangan bandar judi itu. Kejanggalan juga terlihat dari tim pelatih Indonesia yang saat itu juga dilatih Alfred Riedl.
Pelatih gaek asal Austria juga tak luput dari sorotan publik mulai dari aksinya selama di Malaysia yang dinilai kurang bergairah hingga dia menyatakan keresahannya bahwa ada orang luar masuk ke loker room pemain sebelum laga dimulai.
Yang bikin aneh lagi, Riedl beberapa hari kemudian meralat ucapannya itu dengan menyatakan bahwa kekalahan Indonesiadari Malaysia murni akibat kekalahan kualitas permainan.
Kejadian sinar laser ke wajah Markus Horison juga dibesar-besarkan sebagai salah satu alibi untuk menangkis opini ada tangan kotor bermain di balik kekalahan Indonesia.
Waktu berlalu, tak ada yang bisa mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di final AFF 2010. Kejadian ini menguap begitu saja menjadi sebuah misteri hingga kini seperti susahnya mendapatkan jawaban mengapa Indonesia belum pernah juara AFF? Ini seperti telah menjadi sebuah kutukan bagi Indonesia yang seringkali dijuluki tim spesialis finalis tanpa mahkota juara.
Semalam kita menyaksikan perjuangan luar biasa anak bangsa untuk kembali tampil di partai final pagelaran bergengsi sepakbola se-Asia Tenggara. Kegigihan dan perjuangan tanpa lelah diperlihatkan skuat Garuda untuk melangkahi Vietnam agar bisa melaju ke final.
Ambisi itupun tercapai, lewat sebuah laga penuh drama, Indonesiaakhirnya menang dengan agregat 4-3 dan berhak tampil di final AFF 2016. Harapan untuk mengakhiri dahaga gelar pun kembali membahana di setiap anak bangsa para penggila bola.
Hari-hari ke depan publik Indonesia dipastikan akan ramai dengan perbincangan harapan Indonesia juara AFF untuk pertama kalinya. Dan, biasanya momentum itulah yang dimanfaatkan para mafia bola untuk meraup keuntungan haram.
Sungguh sangat tercela jika di final AFF 2016 ini muncul lagi misteri yang disebabkan ulah para mafia tak bertanggung jawab. RakyatIndonesia sebenarnya sudah sangat lelah menyaksikan ulah kotormu wahai para mafia bola.
Apalagi ini adalah final kelima Indonesia sejak tahun 2000 silam. Di empat final AFF sebelumnya Indonesia selalu gagal jadi juara, dua kali kalah dari Thailand, sekali kalah dari Singapura dan sekali dariMalaysia.
Melihat track record itu, tentunya harapan tahun ini Indonesiamenjuarai AFF sangat besar.
Siapapun lawannya, mau Thailand ataupun Myanmar jika semangat juang tetap dijaga peluang juara pun akan terjaga.
Dan yang terpenting lagi sudah menjadi tugas kita semua mengawasi, menjaga dan menjauhkan sepakbola Indonesia dari para mafia yang mungkin saat ini sedang mencari cara untuk mendapatkan celah mengendalikan final AFF 2016 agar sesuai dengan keinginan nafsu serakah mereka.
sumber super skor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar