Um Fatima, ibu di Aleppo tangisi putri kecilnya, Aya, yang kepalanya berdarah akibat serangan militer yang hancurkan rumahnya. Foto / Channel4 News |
ALEPPO - Sebuah rekaman video menyayat hati menunjukkan seorang ibu di Aleppo timur, Suriah, menangisi putri kecilnya yang berumur sekitar empat tahun dengan kondisi kepala berdarah bercampur debu. Ibu ini kehilangan beberapa anaknya akibat serangan militer yang hancurkan rumahnya ketika semua orang sedang tidur.
Rekaman video berjudul "The Last Day of Aleppo" ini disiarkan Channel4 News dan viral di media sosial. Ibu itu bernama Um Fatima, sedangkan gadis kecil yang dia tangisi bernama Aya. Mereka sudah berhasil dievakuasi dari kota yang dilanda perang tersebut.
Aya hanya duduk membisu di atas tandu. Sementara ibunya, terus meneteskan air mata memohon Tuhan untuk menolongnya.
Fatima adalah satu-satunya orang dewasa yang masih hidup dari tiga keluarga di blok apartemen di Aleppo timur yang tiba-tiba dihancurkan oleh bom. Fatima menduga serangan bom itu diluncurkan pasukan militer loyalis Presiden Suriah Bashar al-Assad.
”Saya tidak tahu apa dia (rezim Assad) yang menghatam kami dengan (bom),” ucap Fatima. ”Kami berada di rumah, tidur,” katanya lagi.
”Tiba-tiba, seluruh bangunan berjatuhan pada kami. Oh Tuhan, anak-anak saya telah meninggal. Oh Tuhan, tolonglah saya,” rintih Fatima. ”Aleppo adalah tempat di mana anak-anak telah berhenti menangis.”
Foto / Channel4 News
Rekaman video itu berlanjut adegan tak kalah memilukan. Di mana, Mahmoud Mohamed, seorang remaja tetangga dari Fatima memeluk saudaranya, Ismail yang baru berumur satu bulan.
Ismail meninggal lemas ketika apartemen runtuh. Mahmoud tidak ingin melepaskan pelukannya. ”Tuhan akan membalaskan kami terhadap penindas ini,” kesal Mahmoud, yang dikutip Senin (19/12/2016).
Masih menurut rekaman video, dua anak kecil lainnya belarian di koridor rumah sakit dalam keadaan linglung dan trauma. Wajah-wajah mereka dilapisi debu kapur putih dan kotoran.
Perawat tidak tahu nama mereka. Begitu juga dengan nasib ibu kedua bocah itu, apakah masih hidup atau tidak. Mereka meninggalkan ayah mereka di reruntuhan bangunan.
Kemarin, pembaca berita Turki, Turgay Guler, meneteskan air mata ketika sedang siaran langsung melaporkan kondisi anak-anak Suriah yang dioperasi tanpa anestesi atau bius.
PBB memperkirakan setidaknya 2.700 anak-anak termasuk di antara 8.000 pengungsi yang diizinkan untuk meninggalkan Aleppo timur. PBB memutuskan evakuasi besar-besaran dari kota itu dilanjutkan dengan pengerahan sekitar 100 pemantau di Aleppo timur.
sumber ; harian sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar